Peridotit merupakan
salah satu batuan asal pembawa nikel, dalam batuan tersebut terdapat variasi mineralogi maupun
prosentase
mineralogi yang berbeda. Pelapukan pada batuan ini menyebabkan unsur-unsur yang bersifat mobile terdeplesi sedangkan
unsur-unsur dengan mobilitas rendah sampai
immobile seperti Ni, Fe, dan Co mengalami pengkayaan
secara residual dan
sekunder.
Berdasarkan perbedaan komposisi kimia, karakteristik batuan dasar dan derajat serpentinisasi, daerah telitian dibagi menjadi dua tipe batuan dasar pada daerah Taringgo yaitu Peridotit dan Konglomerat.
Perbedaan batuan dasar ini dapat
mempengaruhi karakteristik deposit nikel yang menghasilkan perbedaan unsur
kimia pada masing – masing batuan dasar.
Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui
pengaruh batuan dasar pada deposit nikel laterit dengan tujuan mengetahui
kendali geologi terhadap pembentukan nikel laterit,
pola
penyebaran kadar
endapan nikel laterit dan
unsur-unsur lain serta mekanisme pembentukannya. Kendali geomorfologi untuk
penentuan kondisi topografi yang berpotensi untuk terakumulasinya
endapan nikel laterit,
mengetahui pengaruh dan
karakteristik batuan dasar terhadap
deposit nikel laterit, pola penyebaran, kadar Ni, ,serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pembentukan nikel laterit, seperti iklim (cuaca dan temperatur).
Analisa petrografi
batuan dilakukan
secara megaskopis
dan
mikroskopis pada conto batuan hasil pemboran (coring) serta dari singkapan batuan yang diambil di lapangan. Secara megaskopis daerah telitian terdiri dari batuan peridotit, konglomerat dan serpentinit. Batuan peridotit mempunyai ciri-ciri warna segar abu-abu gelap kehijauan, warna lapuk merah kecoklatan, struktur masif, holokristalin, fanerik kasar – sedang, bentuk butir euhedral – subhedral,
equigranular panidiomorfik, dijumpai adanya rekahan atau urat – urat yang terisi
oleh silika dan garnierit, tersusun oleh mineral olivin (60 % - 85 %), piroksen dan serpentin.
Secara megaskopis konglomerat warna segar abu-abu kehijauan, warna
lapuk abu-abu, struktur masif, ukuran butir kerikil - kerakal,
bentuk butir rounded, terpilah buruk, kemas tertutup, dengan fragmen dan matriks berupa pecahan
peridotit, semen oksida besi, sedangkan batuan serpentinit warna segar biru segar, warna
lapuk
abu-abu
kehitaman, memiliki bentuk seperti serat-serat,
tersusun oleh dominan mineral serpentin yang merupakan
hasil ubahan dari
mineral olivin dan piroksen.
Secara mikroskopis
hasil analisa sayatan tipis pada 5 conto batuan, diketahui bahwa batuan yang menyusun daerah penelitian terdiri dari batuan batuan peridotit, konglomerat peridotit dan serpentinit (klasifikasi Williams et all,
1954).
Dari hasil data pemboran, dilakukan diskripsi pada zonasi endapan nikel
laterit yang meliputi
lapisan tanah penutup, zonasi bijih (limonit dan saprolit) dan batuan dasar di beberapa lubang bor pada masing-masing daerah. Hasil diskripsi
yang dicantumkan
dianggap mewakili ciri umum dari lokasi penelitian secara
keseluruhan.Pembagian zonasinya sebagai berikut:
1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan, lunak dan berwarna coklat kemerahan
hingga gelap dan pada bagian atasnya dijumpai lapisan iron
capping.. Lapisan ini mempunyai ketebalan berkisar antara 2 – 4 meter. Terkadang pada lapisan ini terdapat mineral hematit, goetit dan limonit.
2.
Zona limonit
Zona limonit umumnya berwarna coklat kemerahan,
warna merah dihasilkan
dari oksidasi hematit, ukuran butir lempung – pasir halus (1mm/fine
grain). Terkadang ditemukan
sisa akar tanaman. Zona ini memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Adapun % kandungan unsur kimia didalam lapisan ini : Ni (1.30), Fe (40,40), SiO2 (13.30),MgO (2.70).
3.
Zona Saprolit
Zona saprolit terdiri
atas saprolit lapuk, saprolit 1/2 lapuk dan saprolit
regolith (segar). Berwarna coklat kekuningan yang dihasilkan
dari
pelapukan mineral ghoetit. Pembagian zona pada saprolit didasarkan
atas ukuran butir dari material penyusunnya, saprolit lapuk memiliki ukuran butir lempung - pasir sedang (1 – 5 mm), saprolit 1/2 lapuk memiliki ukuran butir
lempung – pasir kasar (5 – 30 mm), saprolit regolith umumnya
terdapat bongka-bongkah/ boulder mineral yang menyusun zona ini adalah geotit, serpentin, magnetit, silika.
4. Zona bedrock (batuan dasar)
Zona batuan dasar umumnya tersusun atas batuan ultramafik berwarna abu kehijauan, masif, faneritik, bentuk butir subhedral-anhedral, tersusun atas mineral olivin, piroksen, serpentin
dan
terdapat silika yang mengisi rekahan. Adapun % kandungan unsur kimia didalam lapisan ini : Ni (0.65), Fe (8.47), SiO2 (47.03),MgO (35.30).
Jadi pengaru batuan dasar terhadap penyebaran unsur Ni jenis litologi pada daerah telitian disusun oleh harzburgit,
lherzolit, dunit, serpentinit dan konglomerat
lherzolit. Dari grafik dibawah ini juga dapat diketahui
pola penyebaran unsur Ni pada zona laterit, dimana pada zona limonit kadar Ni sekitar 0,3% - 1,2% dan pada zona saprolit unsur Ni mengalami peningkatan sekitar 0,8% - 2,1%, sedangkan pada bedrock kadar Ni semakin kecil sekitar 0,2%
- 0,8%. Unsur Fe pada zona limonit mengalami peningkatan sekitar 25% - 40% dan pada zona saprolit kadar Fe sekitar 10% - 25%, sedangkan pada
bedrock kadar Fe semakin kecil sekitar 2% - 8. Unsur SiO2 pada zona limonit sekitar 8% - 32% dan pada zona saprolit kadar SiO2 sekitar 20% - 50%, sedangkan pada bedrock kadar
SiO2 mengalami peningkatan sekitar 40% - 46%. Semakin ke
arah atas profil laterit
, maka kadar SiO2 akan mengalami penurunan sampai mencapai zona limonit . sedangkan unsur MgO paling tinggi pada zona bedrock. Berdasarkan hasil analisa kimia, pada zona limonit kadar Mgo sangat kecil sekitar 2%
- 5% dan pada zona saprolit kadar MgO sekitar 6% -
24%,
DAFTAR
PUSTAKA
Ernita Nukdin., 2012, Geologi Dan Studi Pengaruh Batuan Dasar Terhadap Deposit Nikel Laterit,
Taringgo, Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, UPN, Yogyakarta.
Share This :
0 komentar