BLANTERWISDOM101

BATUAN

1/28/2016

Batuan merupakan senyawa kimia padat yang terdiri dari mineral-mineral (gelas,
ubahan, material organik, atau kombinasi dari komponen-komponen tersebut)
yang terbentuk secara alamiah yang merupakan bagian dari kerak bumi.
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3
kelompok utama:
1. Batuan Beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
2. Batuan Sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang
telah ada sebelumnya
3. Batuan Metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan,
panas atau keduanya yang sangat tinggi.



1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi.
Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat
digambarkan oleh bowen reaction series.



Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu
batuan plutonis, dan batuan vulkanis :
a. Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di
dalam bumi (15-50 km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yang
berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai Kristal
yang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
– Pada umumnya berbutir kasar
– Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi.
Ciri-ciri batuan vulkanis:
– Berbutir halus dan sering terdapat kaca
– Memperlihatkan struktur vesikuler

Tekstur batuan beku
Tekstur adalah kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran,
bentuk, dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan beku yang
umum adalah:
1. Fanerik Granular : bila butiran-butiran mineral dapat dilihat dengan
mata telanjang dan berukuran seragam (relatif seragam).
2. Afanitik : bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat
dilihat (dikenal) dengan mata telanjang.
3. Porfiritik, dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Fanero Porfiritik : bila butiran-butiran mineral yang besar (mineral
sulung atau fenokris) dikelilingi mineral-mineral yang berukuran butir
lebih kecil (massa dasar) yang dapat dikenal dengan mata telanjang.
b. Porfiro Afanitik : bila butiran-butiran mineral sulung (fenokris)
dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.
4. Gelasan (Glassy) : bila batuan beku tersusun semata-mata oleh gelas.
5. Fragmental : bila batuan beku tersusun oleh fragmen-fragmen batuan
beku.
Struktur batuan beku
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang
berbeda. Macam-macam struktur batuan beku:
1. Massive : bila batuan pejal, tanpa retakan maupun lubang-lubang gas.
2. Jointing : bila batuan tampak mempunyai retakan.
3. Vesikuler : bila batuan mempunyai lubang-lubang sejajar. Bila lubanglubangnya
sangat banyak, maka disebut:
a. Skorian (Skoriaceous) : bila sangat banyak, tidak teratur dan dijumpai
pada batuan basa.
b. Pumisan (Pumaceous) : bila lubang sangat banyak dan halus, batuan
menjadi ringan (mengapung), dijumpai pada batuan asam.
4. Aliran (Flow) : bila ada kesan orientasi sejajar, menunjukkan kesan aliran,
baik oleh kristal-kristal maupun oleh lubang-lubang gas.
5. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas pada batuan terisi oleh mineralmineral
sekunder (yang terbentuk setelah pembekuan magma).
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat diklasifikasikan antara lain berdasarkan:
1. Sifat-sifat kimianya, dibedakan menjadi:
a. Batuan beku asam (SiO2 > 66 %) : bila terutama tersusun oleh
    mineral-mineral asam, biasanya berwarna cerah, putih sampai abu-abu.
   Termasuk di dalamnya adalah kelompok Granit-Riolit.
b. Batuan beku sedang (SiO2 : 52-66 %) : bila tersusun oleh minealmineral
   menengah antara asam dan basa, biasanya berwarna agak
   gelap sampai kehitaman. Termasuk di dalamnya adalah kelompok
Diorite-Andesit.
c. Batuan beku basa (SiO2 : 45-63 %) : bila terutama tersusun oleh
   mineral-mineral basa, biasanya berwarna hitam sampai hitam kelam.
   Termasuk di dalamnya adalah kelompok Gabro-Basalt.
d. Batuan beku ultra basa (SiO2 < 45 %) : bila tersusun oleh mineralmineral
    yang sangat basa, biasanya berwarna hijau sampai hijau
    kehitaman. Termasuk di dalamnya adalah batuan-batuan ultra basa
    yaitu Olivin.
2. Teksturnya, dibedakan menjadi batuan yang bertekstur:
a. Fanerik Granular : seperti Granit
b. Afanitik : Basalt
c. Porfiritik : Granit Porfiri, Andesit Porfiri
d. Gelasan (Glassy) : Obsidian
e. Fragmental : Aglomerat
3. Komposisi mineralnya, dibedakan menjadi:
a. Kelompok Granit-Riolit, terutama tersusun oleh mineral-mineral:
Kuarsa, Ortoklas, Plagioklas Na, kadang-kadang ada Hornblende,
Biotit.
b. Kelompok Diorit-Andesit, terutama tersusun oleh: Plagioklas,
    mineral-mineral lainnya yang mungkin adalah: Kuarsa, Ortoklas,
    Hornblende, Biotit, Piroksen.
c. Kelompok Gabro-Basalt, terutama tersusun oleh: Plagioklas Ca dan
    Piroksen, mineral-mineral lainnya yang mungkin adalah: Hornblende,
    Olivin.
d. Kelompok ultra basa, terutama tersusun oleh Olivin, mineral-mineral
    lainnya: Plagioklas Ca dan Piroksen


2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan
(sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia
maupun organism yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi
yang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut
diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
a. Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau
material lain yang menyebabkan hubungan antar batir lebih lekat, air
dalam pori-pori antar batir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya
berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
b. Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkan
material terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral lempung)
menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen
menjadi lebih kecil dari material semula.
c. Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saat
sedimen terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
d. Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sediment yang ada
di atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan
e. Autijenesis, pembentukan mineral baru
f. Penggantian (replacement)
g. Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi lempung
dan mempunyai porositas yang tinggi.
Batuan sedimen dibagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan cara
terbentuknya batuan tersebut, yaitu :
a. Batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dengan
proses mekanis (disintegrasi menjadi fragüen yang lebih kecil);
pelapukan; kimiawi; erosi; transportasi oleh air,angin, dan es; sedimentasi
(pengendapan), dan diagenesis.
b. Batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk karena
adanya ubahan tidak secara mekanis bisa karena terjadi perubahan
kimiawinya atau karena pengaruh makhluk hidup.
Batuan Sedimen Detritus/Klastik:
a. Kelompok Detritus Kasar
Ukuran butir dari 1/16 mm sampai > 256 mm.
Contoh: Breksi, Konglomerat, Batupasir.
b. Kelompok Detritus Halus
Ukuran butir kurang dari 1/16 mm.
Contoh: Batulanau, Batulempung, Serpih, Napal.
c. Kelompok Karbonat
Fragmen terdiri dari kandungan mineral Kalsit (CaCO3) lebih dari 50%
atau pecahan Terumbu Gamping (Reef), berasal dari kelompok binatang
laut.
Contoh: Batugamping klastik, Batugamping bioklastik, Batugamping
kerangka (skeletal).
Golongan Nondetritus/Nonklastik
a. Kelompok Karbonat
Contoh: Batugamping Terumbu, Batugamping Kristalin, Dolomit.
b. Kelompok Batu Bara
Contoh: Gambut (Peat), Batubara muda (Lignit), Batubara (coal)
c. Kelompok Evaporit
Contoh: Batugaram (Halit), Anhidrit, Gipsum.
d. Kelompok Silika
Contoh: Rijang, Radiolarit, Tanah Diatomea.
Tekstur Batuan Sedimen
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sedimen
klastik dan nonklastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang
terbentuk dari materi-materi hasil rombakan batuan yang telah ada
sebelumnya. Batuan sedimen nonklastik adalah batuan sedimen yang
terbentuk dari material-material hasil aktivitas kimia (termasuk biokimia).
Dari kedua macam batuan sedimen tersebut dikenal tekstur klastik dan
nonklastik.
Skala ukuran butir Wentworth
1. Tekstur Klastik
Semua batuan sedimen klastik mempunyai tekstur klastik, yang perlu
diperhatikan pada batuan tersebut adalah ukuran butir dan bentuk butir.
Untuk ukuran butir dipakai klasifikasi ukuran butir dari Wentworth, yaitu:
Bentuk butir yang utama ada dua yaitu membulat dan meruncing. Bentuk
butir baru mempengaruhi penamaan bila butiran lebih besar dari 2 mm.
2. Tekstur Nonklastik
Semua batuan sedimen nonklastik mempunyai tekstur nonklastik. Ciri
khas dari tekstur nonklastik yaitu adanya kristal-kristal yang saling
menjari, tidak ada ruang berpori-pori antar butir, dan umumnya mono
mineralik. Kristal-kristal dalam batuan sedimen nonklastik dapat
berbentuk serabut, lembaran atau butiran. Butiran kristal dalam tekstur
nonklastik diklasifikasikan sebagai berikut:
Klasifikasi butiran kristal dalam tekstur nonklastik:
Berbutir kasar ---› Berukuran lebih besar dari 5 mm
Berbutir sedang ---› Berukuran antara 1-5 mm
Berbutir halus ---› Berukuran lebih kecil dari 1 mm
Beberapa tekstur kristalin yang penting adalah:
a. Amorf: partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau koloid,
nonkristalin, misal: Rijang masif.
b. Oolitik: tersusun oleh kristal-kristal kecil berbentuk bulat atau
ellipsoid, terkumpul seperti telur ikan, butiran berukuran 0,25-2,0
mm, misal: Batugamping oolit.
c. Pisolitik: seperti Oolitik, tetapi butiran berukuran lebih besar dari 2
mm, misal: Batugamping pisolitik.
d. Sakaroidal: partikel-partikel berbutir halus, sama besar
(equigranular), misal: Batugamping sakaroidal.
e. Kristalin: bila tersusun oleh kristal-kristal besar.
Struktur Batuan Sedimen
Struktur dari batuan sedimen lebih tergantung pada gabungan antara
kelompok-kelompok sedimenter daripada hubungan antar butir yang
menentukan dan mengontrol tekstur. Struktur batuan sedimen yang besarbesar
lebih baik dipelajari di lapangan daripada contoh genggaman.
Struktur batuan sedimen dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Struktur fisik, terbentuk karena proses-proses fisika, beberapa macam
strukturnya adalah:
– Berlapis, terlihat di lapangan sebagai susunan yang berlapis-lapis. Bila
ketebalan individu lapisan lebih besar dari lem dinamakan lapisan,
sedangkan bila lebih kecil dari 1 cm dinamakan laminasi.
– Bergradasi, bila butiran-butiran dalam tubuh batuan dari bawah ke
atas makin halus.
– Silang-siur, bila satu seri perlapisan yang saling memotong dalam
tubuh batuan sedimen.
– Masif, bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur
sedimen.
b. Struktur kimia, terbentuk karena proses-proses kimia. Macam-macamnya
antara lain:
a. Konkresi, bila berbentuk bulat.
b. Nodul, bila berbentuk tidak teratur.
c. Struktur organik, terbentuk karena aktivitas organisme.
Contoh: struktur reef pada batugamping.
Penamaan Batuan Sedimen
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir dan
bentuk butir (tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur.
Ukuran butir dalam batuan sedimen klastik bisa seragam bisa tidak seragam,
pada tidak seragam dikenal:
a. Fragmen, yaitu butiran berukuran lebih besar.
b. Matriks, yaitu butiran-butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen
dan terdapat di sela-sela fragmen.
c. Semen, yaitu material yang sangat halus (hanya dapat dilihat dengan
mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri dari
Silika, Kalsit, Oksida besi atau lempung.
Penamaan batuan sedimen nonklastik lebih ditentukan oleh komposisi
mineralnya atau kimianya.
1. Batuan Sedimen Klastik
Contoh penamaan berdasarkan:
a. Ukuran butir:
 Batupasir: bila butiran berukuran pasir
 Batupasir kerikilan: butiran dominan berukuran pasir tetapi ada
juga ukuran kerikil yang cukup banyak
b. Bentuk butir:
 Konglomerat: bila butiran membulat
 Breksi: bila butiran meruncing
c. Ukuran butir dan komposisi:
 Batupasir kuarsa: batupasir yang banyak mengandung kuarsa
 Batulempung gampingan: batulempung yang mengandung mineral
karbonat.
d. Ukuran butir dan struktur:
 Serpih (Shale): batulempung berlaminasi
Untuk penamaan batugamping klastik, diberi nama:
 Kalsirudit: bila butiran berukuran lebih besar dari pasir
 Kalkarenit: bila butiran berukuran pasir
 Kalsilutit: bila butiran berukuran lempung
2. Batuan Sedimen Nonklastik
Contoh penamaan berdasarkan komposisi:
Batugamping kristalin: bila tersusun oleh kristal-kristal Kalsit.
 Batugamping koral: bila tersusun oleh Koral
 Dolomit: bila tersusun oleh Dolomit
 Rijang: bila tersusun oleh Silika

Klasifikasi Batuan Sedimen

Batuan sekunder ini diendapkan dalam kondisi yang sangat bervariasi
yang mengakibatkan pembentuknyapun (genesa) beragam. Klasifikasi batuan
sedimen yang ideal adalah berdasarkan ukuran dan bentuk butir, serta
komposisi mineral pembentuknya.
Pengelompokkan yang sederhana dalam batuan sedimen adalah dua
kelompok besar, yaitu:
 1. Batuan Sedimen Klastik
Terdiri dari material-material pecahan atau hancuran batuan atau mineral
yang sudah ada sebelumnya. (fragmen-pecahan besar dan matriks-pecahan
kecil). Terbentuk sebagai akibat kompaksi dari material batuan beku, batuan
sedimen lain, dan batuan malihan, dengan ukuran butir beragam. Karena
pembentukan tersebut diakibatkan oleh angin, air, atau es, maka disebut juga
batuan sedimen mekanik (mechanical sediment).
Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir, batulempung,
batu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit (tillite,
konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batulanau dan sebagainya.
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bias juga
dari hasil kegiatan organism. Reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung
atau reaksi organic (penggaraman unsure-unsur laut, pertumbuhan Kristal dari
agregat Kristal yang terpresipitasi dan replacement). Ciri khas tekstur nonklastik
adanya Kristal-krisatal yang saling menjari, tidak ada ruang berpori-pori antar
butir, dan umumnya mono mineralik.Kristal-kristal dalam batuan sedimen
nonklastik dapat berbentuk serabut, lembaran atau butiran. Batuan Sedimen Kimiawi
Sedimen kimiawi adalah sedimen yang pembentukannya dari
pengendapan mineral yang terlarut dalam air.
- Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang bersifat monomineral, yang
dikenal sebagai mineral garam. Batuan evaporit biasanya terdapat dalam
keadaan murni dan berlapis-lapis. Contohnya batuan evaporit yang utama:
batuan gip, batuan anhidrit dan batu garam (halit).
- Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah batuan yang bersifat
monomineral, dan banyak serta langka terdapat sebagai batuan, seperti
rijang (chert)
 Batuan Sedimen Organic
Batuan sedimen organic berasal dari akumulasi flora dan fauna yang telah
mati, misalnya :
1. Batu gamping, cangkang, terumbu
2. Radiolaria (dari radiolarian laut dalam)
3. Diatomea (dari tumbuhan)
4. Batubara (dari mangrove)
5. Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
 Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan yang terdiri dari material karbonat yang
terdiri dari butiran dan matrik sebanyak 75% tanpa semen. Contohnya adalah
limestone dan dolostone. Tekstur dari batuan ini tidak sama dengan batuan
lainnya (mono mineral).
Terdapat tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimen
karbonat berubah menjadi batuan karbonat. Ketiga proses ini adalah :
1. Litifikasi sedimen karbonat
2. Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam keadaan membatu
3. Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Komponen utama batuan karbonat terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1. Butiran (the allochemical component)
o non skeletal : ooids (< 2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil),
intraclasts, extraclasts
o skeletal components : fosil
2. Lumpur karbonat
- matriks diantara butiran; material alogenik (lumpur karbonat) maupun
autigenik (mikrokristalin)
- mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 m); mikrospar (5-15 m)
3. Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4. Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran / rongga; lebih kasar dari mikrit
5. Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6. Rongga : semua celah/tempat yang dapat diisi oleh air, hidrokarbon,
maupun udara

3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akibat
tekanan dan atau suhu yang tinggi [T>2000C & P>300Mpa] yang terjadi
secara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogy yang berbeda.
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme.
Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
• Metamorfisme Kataklastik (jarang terjai), deformasi mekanik pada
metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi
rex’talisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat
sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
• Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma), terjadi
rex’talisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
• Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu 3000C,
kelompok mineral zeolit
• Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan
rangkaian seri fasies dynamo-termal
Untuk mengklasifikasikan batuan metamorf, kita dapat menggunakan
klasifikasi dari perbedaan fasies. Fasies sendiri merupakan himpunan batuan
yang terdiri dari sekumpulan paragenesis mineral yang terbentuk pada kondisi
metamorphosis yang sama (Eskola, 1915)

Klasifikasi Batuan Metamorf
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi
yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan.
Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan
yang:
1. Berfoliasi sangat kuat, yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi,
biasanya karena melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya adalah:
a. Slate (Batusabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram pada
bidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batusabak
tampak merah bila mengandung banyak Hematite, hijau bila Klorit,
dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak Grafit.
b. Phyllite (Fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar daripada
batusabak dan bidang foliasinya mengkilat karena Mika atau Klorit
yang sudah lebih banyak daripada batusabak. Batuan ini merupakan
peralihan dari batusabak ke batusekis.
c. Schist (Skis). Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih yang
terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
2. Berfoliasi lemah, yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat
pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan
dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar.
Butirannya antara lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang
sampai kasar. Komposisi yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika, dan
kadang-kadang Hornblende.
3. Berfoliasi sangat lemah sampai nonfoliasi: batuan didominasi oleh
mineral-mineral berbentuk kubus, mineral-mineral pipih bila ada
orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya
antara lain:
a. Quartzite (Kuarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah Kuarsa,
bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran, nonfoliasi.
b. Marble (Marmer). Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu
(biasanya) karena Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
c. Hornfels. Bersifat afanitik sampai fanerik halus, berkomposisi Kuarsa,
Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
d. Granofels. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa dan
Feldspar (yang berbentuk kubus).
e. Granulite. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Piroksin
dan Garnet disamping Kuarsa dan Feldspar.
f. Serpentinite. Nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau, hijau sampai
kuning pucat. Komposisi utamanya Serpentin.
Selain penamaan-penamaan dasar di atas, penamaan batuan dapat diberi
awalan pada nama-nama dasar seperti:
 Kloritik Skis: artinya Skis yang banyak mengandung Klorit.
 Skis Kuarsa: artinya Skis yang banyak mengandung Kuarsa.
Di samping itu, ada beberapa awalan atau akhiran yang perlu diperhatikan
(hanya sekedar diketahui):
1. Blasto- sebagai awalan, menunjukkan tekstur sisa dari batuan asal, seperti:
- Blastoporfiritik: menunjukkan adanya tekstur sisa yang porfiritik
dalam batuan metamorf.
2. Blastik- sebagai akhiran, menunjukkan akhir kristalisasi dalam kondisi
padat.
3. Meta- sebagai awalan yang diikuti oleh nama batuan asal, menunjukkan
kenampakan sisa dari tekstur dan komposisi mineralogi yang masih
bertahan, misal:
- Metaandesit, artinya masih ada kenampakan sisa Andesit pada batuan
metamorf.
- Metasedimen, artinya masih ada kenampakan sisa batuan sedimen
pada batuan metamorf.
Penamaan Batuan Metamorf
Penamaan batuan metamorf dapat didasarkan pada foliasi dan komposisi:
a. Penamaan berdasarkan komposisi, misal:
- Kuarsit
- Granulit
- Marmer
- Granofels
- Serpentinit
b. Penamaan berdasarkan foliasi, misal:
- Skis
- Gneiss
- Fillit
- Slate
Penamaan dengan foliasi dapat diikuti dengan nama mineral bila mineral
tersebut cukup banyak, misal:
- Skis Mika: Skis yang banyak Mika
- Gneiss Hornblende: Gneiss yang banyak mengandung Hornblende

Share This :
Z

0 komentar